Sunday, June 2, 2013

Tan Malaka

tan malaka
“Tuan Rumah tidak akan berunding dengan maling di rumahnya sendiri”
Barangsiapa yang menghendaki kemerdekaan buat umum, maka ia harus sedia dan ikhlas untuk menderita kehilangan kemerdekaannya sendiri. Siapa ingin merdeka, harus bersedia dipenjara” Sumber: Dari Penjara ke Penjara

“Selama ada penindasan, selamanya itulah pula ada perlawanan. Cacingpun, yang diinjak bergerak kiri kanan, lebih-lebih manusia yang terinjak itu akan berusaha melepaskan dirinya dari injakan itu. Si Bengis Nero, menguatkan majunya Kaum Kristen. George III mengadakan Washington, yang melepaskan Amerika dari tindasan Inggris. Tsarisme di Rusia mengadakan Bolshevisme. Inggris di India melahirkan Pergerakan Boikot dan Swaray, demikianlah tak akan putus putusnya.” Sumber: Semangat Muda (1926)

DEMOKRASI
  • “Kita yakin, Rakyat sama sekali bisa pandai sendiri menimbang apa yang dinamai adil dan apa yang tidak. Kalau pengadilan itu sebelah-sebelahnya dijadikan umum, dan artinya umum itu, yaitu kalau siapapun boleh turut bicara mempertahankan diri atau dirinya orang lain, niscaya perasaan Rakyat akan bertambah-tambah. Begitu juga keberanian dan kepintarannya berbicara. Hal ini bolehlah disaksikan dengan sejarah juga.” Sumber: Parlemen atau Soviet (1921)
  • Indonesia tak perlu lari ke negara asing saja. Indonesia sendiri mempunyai “suara rakyat” itu. Di masa luhurnya Minangkabau, abad 14 sampai l6, Minangkabau berdasarkan kekeluargaan juga: Rakyat ber-raja pada Penghulu Penghulu ber-raja pada Mufakat Mufakat ber-raja pada alur dan patut. Jadi raja yang diakui lebih tinggi dari Penghulu sebagai wakil rakyat ialah kata Mufakat. Tetapi “Kata Mufakat” itu mesti diperoleh dengan perundingan yang merdeka, tenang, dan luas. Putusan yang diperoleh tiadalah takluk pada Kata Raja atau laskarnya, melainkan pada Alur (logika) dan Patut (keadilan). Sumber:Politik (1945)
  • “Di minangkabau, dimana famili Negara itu kira-kira 100 tahun lalu berdasar demokrasi, tiap-tiap orang tahu undang-undang, dan tahu menjalankan undang-undang. Pada masa itu baik laki-laki, baik perempuan, ya kanak-kanak gemar bicara gemar mengunjungi suatu perkara (rechtszaak) dimana tiap-tiap orang merdeka berbicara. Seorang yang paling miskin pun boleh menuduh, boleh menjadi saksi.” Sumber: Parlemen atau Soviet (1921)
  • “Pengadilan pada ”masa adat” itu adalah umum sekali, dan termasuk sekali pada hati dan pikiran seluruh Rakyat Minangkabau. Beberapapun sukarnya perkara, selalu ia dilakukan Rakyat sendiri. Tetapi sesudah ”Pengadilan Rakyat” itu diganti dengan anggota ”Pengadilan Pemerintah zaman sekarang”, maka segala pengetahuan Rakyat dalam hal undang-undang itu hampir sama sekali hilang, begitu juga kepandaian dan bijak berbicara. Sisa peraturan yang kuno itu sekarang di Mingangkabau masih didapat pada orang-orang tua baik laki-laki, baik perempuan; mereka masih kenal adat dan undang-undang di luar kepala.” Sumber: Parlemen atau Soviet (1921)

HUKUM
  • “Hukum atas alasan apa, dengan cara bagaiamana dan bilamanapun yang dijatuhkan oleh seseorang ataupun segerombolan orang atas orang lain atau gerombolan lain, adalah salah, dhalim dan berbahaya kalau hukuman itu merugikan kepentingan hasrat serta perjuangan Murba kaum terbesar dalam masyarkat ber-revolusi itu.” Sumber: GERPOLEK – Hukum Revolusi (1948)
  • “Hukum revolusi yang sesungguhnya yang bisa kekal, ialah hukum untuk Murba, dari Murba dan oleh Murba. hukum revolusi-pun seperti semua barang di dunia bersifat relatif, bersangkut paut! Dalam hal hukum revolusi adalah bersangkut paut dengan kepentingan Murba!” Sumber: GERPOLEK – Hukum Revolusi (1948)

 PERANG
  • “Tentara yang menjadi idaman kita, ialah Tentara Rakyat. Tentara Rakyat, ialah Tentara yang terdiri dari Rakyat, yang berjuang untuk kepentingan dan cita-cita Rakyat.”  Sumber: GERPOLEK – Gerilya – Politik – Ekonomi – (1948)
  • “Laskar Kemerdekaan, walaupun biasanya miskin dan tiada bersenjata, lebih kuat dari pada Laskar Imperialisme, karena dasar dan makudnya lebih tinggi.” Sumber: Semangat Muda (1926)
  • “Taktik dan Laskar Gerilya adalah senjata yang maha-tajam bagi Rakyat Miskin tertindas; bersenjata serba sederhana saja, untuk menghalaukan musuh yang bersenjatakan modern.”  Sumber: GERPOLEK – Gerilya – Politik – Ekonomi – (1948)
  • “Bagi bangsa Indonesia sendiri, maka perang yang dilakukannya semenjak Proklamasi itu, bukanlah satu peperangan untuk menindas bangsa Asing. Dalam semua pertempuran yang sudah berlalu sampai sekarang Rakyat Indonesia sama sekali tiada mempunyai hasrat hendak merampas Negara Asing, serta memeras dan menindas Rakyatnya Negara Asing itu. Rakyat/Pemuda Indonesia cuma mempunyai satu hasrat, ialah memerdekakan Negaranya dari Kedaulatan dan Kekuasaan bangsa Asing. ”  Sumber: GERPOLEK – Gerilya – Politik – Ekonomi – (1948)
  • “Perang Kemerdekaan Indonesia tiada akan berharga sepeserpun bagi kaum Murba kalau hasilnya cuma menukar Pemerintah Asing dengan Pemerintah Putra Bumi. Kalau cuma menukar pemerintahannya orang berkulit putih dengan Pemerintah orang berkulit coklat. Pemerintah orang berkulit coklat akan langsung atau tidak langsung, cepat atau lambat menjadi Pemerintah Boneka, kalau 100 % kebun, pabrik, tambang, pengangkutan, dan Bank berada di tangan Asing, seperti di zaman “Hindia Belanda”. Sumber: GERPOLEK – Gerilya – Politik – Ekonomi – (1948)
  • “Perang Kemerdekaan Indonesia baru berhasil, kalau sehabisnya Perang juga (bukan kelak dikemudian hari) 100 % para pemimpin Negara langsung dipilih dan bisa diberhentikan oleh Rakyat Indonesia. Dan kalau disamping Pemerintah yang 100 % Indonesia itu SEKURANGNYA 60 % kebun, pabrik, tambang, pengangkutan, Bank, dll DIMILIKI, DIKUASAI, DIURUS dan DIKERJAKAN oleh Negara dan Murba Indonesia.”  Sumber: GERPOLEK – Gerilya – Politik – Ekonomi – (1948)

REVOLUSI
  • “Revolusi bukanlah suatu pendapatan otak yang luar biasa, bukan hasil persediaan yang jempolan dan bukan lahir atas perintah seorang manusia yang luar biasa. Kecakapan dan sifat luar biasa dari seseorang membangun revolusi, mempercepat atau memimpinnya menuju ke kemenangan, tetapi ia tidak dapat menciptakan dengan otaknya sendiri-“ Sumber: Aksi Massa (1926)
  • “Revolusi ialah yang disebabkan oleh pergaulan hidup, satu hakekat tertentu dari perbuatan-perbuatan masyarakat.” Sumber: Aksi Massa (1926)
  • “Revolusi timbul dengan sendirinya sebagai hasil dari berbagai keadaan.” Sumber: Aksi Massa (1926)
  • “Selama orang percaya bahwa kemerdekaan akan tercapai dengan jalan putch atau anarchisme hanyalah impian seorang yang lagi demam.” Sumber: Aksi Massa (1926)
  • “Jika kita mau mengumpulkan dan memusatkan tenaga-tenaga revolusioner di Indonesia dengan jalan massa aksi yang tersusun buat merantapkan kemerdekaan nasional, tentulah kita mesti mempunyai satu partai yang revolusioner.” Sumber: Aksi Massa (1926)
  • “Partai mesti berhubungan rapat dengan massa terutama dalam saat yang penting, dengan segala golongan Rakyat dari seluruh kepulauan Indonesia. Dengan tidak berhubungan seperti itu, tak akan ada pimpinan yang revolusioner.” Sumber: Aksi Massa (1926)
  • “Dengan jalan revolusi dan perang kemerdekaan nasional-lah (yang dapat dimasukkan ke dalam revolusi sosial!!!), maka sekalian negeri besar-besar yang modern, tidak ada kecualinya, dapat melepaskan diri dari kungkungan kelas dan penjajahan.” Sumber: Aksi Massa (1926)
  • “Revolusilah, yang bukan saja menghukum, sekalian perbuatan ganas, menentang kecurangan dan kelaliman, tetapi juga mencapai sekalian perbaikan bagi yang buruk.” Sumber: Aksi Massa (1926)
  • “Di dalam masa revolusilah tercapainya puncak kekuatan moril, terjadinya kecerdasan pikiran dan memperoleh segenap kemampuan untuk pendirian masyarakat baru.” Sumber: Aksi Massa (1926)
  • “Satu kelas atas satu bangsa yang tidak mampu melemparkan peraturan-peraturan kolot serta perbudakan dengan perantaraan revolusi, niscaya musnah atau ditakdirkan menjadi budak buat selama-lamanya.” Sumber: Aksi Massa 1926
  • “Revolusi itu menciptakan!” Sumber: Aksi Massa (1926)
  • “Tidak, tak ada sesuatu program revolusioner yang berarti, jika tak ada pergerakan revolusioner.” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  • “Jika kita dalam perjuangan revolusioner tidak mengambil inisiatif duluan, maka lawan mendapatkan keuntungan menguasai kemauan dan perbuatan ktia sehingga kita dipaksa dalam keadaan pasif melumpuhkan.” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  • “Pada pukulan terakhir yang menentukan, kita hanya bisa mendapat kemenangan, jika kita juga mengambil inisiatif bertahan. Agar supaya pukulan terakhir yang menentukan itu dapat mewujudkan tujuan kita.” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  • “Supaya Kaum Buruh aman dan sentosa memiliki perusahaan dan semua hasilnya perusahaan, maka haruslah ia merebut politik-negeri. Kaum-Hartawan dan budaknya dari Kasta Tengah atau Kaum Sosial-Demokrat haruslah diusir dari pemerintahan negeri. Kalau tidak begitu ia akan memogoki (saboteeren) semua peraturan yang baik buat Kaum-Buruh dan menunggu waktu yang baik, dimana ia bisa memakai laskar, armada, justisi, polisi dan bui buat menindas peraturan ekonomi kaum buruh, seperti yang kita rancangkan diatas. Bersama dengan Pemerintah-negeri, haruslah dengan sekejap Laskar, Armada, Justisi, Polisi dan Didikan dijadikan merah. Artinya itu, semua anggota ini, haruslah jatuh di bawah kekuasaan Kaum-Buruh dan seberapa bisa diisi dengan Kasta Kaum Buruh sendiri.” Sumber: Semangat Muda (1926)

REVOLUSI INDONESIA
  • “Tanpa MERDEKA 100% Indonesia takkan bisa mengadakan kemakmuran cukup buat dirinya sendiri.” Sumber:Politik (1945)
  • “Pergerakan revolusioner di Indonesia selalu masih ada” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  • “Jika Diponegoro dilahirkan di Barat dan menempatkan dirinya di muka satu revolusi dengan sanubarinya yang suci itu, boleh jadi akan dapat menyamai perbuatan-perbuatan Crommwell atau Garibaldi. Tetapi ia menolong perahu yang bocor, kelas yang akan lenyap.” Sumber: Aksi Massa (1926)
  • “Jika sekiranya pulau Jawa mempunyai borjuasi nasional yang revolusioner dan Diponegoro dalam perjuangannya melawan Mataram dan Kumpeni pastilah ia akan berdiri di sisi borjuasi itu.” Sumber: Aksi Massa 1926
  • “Pengupasan yang cocok betul atas masyarakat Indonesia syarat terutama untuk mendapat perkakas revolusi, dan itu pulalah yang menjadi syarat pertama yang mendatangkan kemenangan revolusi kita.” Sumber: Aksi Massa 1926
  • “Revolusi Indonesia sebagian kecil menentang sisa-sisa feodalisme dan sebagian yang terbesar menentang imperialisme Barat yang lalim ditambah lagi oleh dorongan kebencian bangsa Timur terhadap bangsa Barat yang menggencet dan menghinakan mereka.” Sumber: Aksi Massa 1926
  • “Revolusi Indonesia, bukanlah Revolusi Nasional SEMATA-MATA, seperti diciptakan beberapa gelitir orang Indonesia, yang maksudnya cuma membela atau merebut kursi buat dirinya saja, dan bersiap sedia menyerahkan semua sumber pencaharian yang terpenting kepada SEMUANYA bangsa Asing, baik MUSUH atau sahabat. ”  Sumber: GERPOLEK – Gerilya – Politik – Ekonomi – (1948)
  • “Revolusi Indonesia, mau tak mau terpaksa mengambil tindakan ekonomi dan sosial serentak dengan tindakan merebut dan membela kemerdekaan 100%. Revolusi kemerdekaan Indonesia tidak bisa diselesaikan dengan dibungkusi dengan revolusi-nasional saja. Perang kemerdekaan Indonesia harus DI-ISI dengan jaminan sosial dan ekonomi sekaligus.”  Sumber: GERPOLEK – Gerilya – Politik – Ekonomi – (1948)
  • “Demarkasi revolusi terang tercantum di depan kita! Di sebelah sana adalah penjajah yang dengan tentara dan kaki tangannya bangsa Indonesia sendiri, sedang menghancurkan Republik dan mengembalikan rakyat Indonesia ke Status Terjajah dengan perjanjian Linggarjati dan Renville.” Sumber: GERPOLEK – Hukum Revolusi (1948)
  • “Di sebelah sini adalah Murba dan pemimpinnya yang dengan jalan membatalkan Linggarjati dan Renville serta bermaksud mengusir tentara Belanda serta penjajah Belanda.” Sumber: GERPOLEK – Hukum Revolusi (1948)
  • “Siapa yang melewati garis demarkasi dan memasuki front musuh dan menentang front Murba adalah musuh revolusi.” Sumber: GERPOLEK – Hukum Revolusi (1948)
  • “Bajing itu bisa hilang bulunya, tetapi tak akan hilang nafsunya buat mencuri kelapa. Selama giginya ada, tak ada kelapa yang boleh dipercayakan kepadanya. Muslihat yang benar ialah mencabut giginya atau memotong lehernya sama sekali. Selama peraturan ekonomi, politik, dan sosial Inggris masih seperti sekarang, yaitu kapitalis, selama itulah pula nafsunya buat menjajah negara lain bergelora. Imperialisme Inggris bisa pura-pura jujur kalau ada “pelor” di depan dadanya. Persis seperti kucing patuh jinak selama ada tongkat di depannya. Begitu juga Belanda.” Sumber: Muslihat (1945)
  • “Soal sikap yang penting dan tegas yang dihadapi oleh Rakyat Indonesia yang sekarang sedang memperjuangkan kemerdekaannya ialah: 1) Menerima bantuan (lahir-batin) dari blok Amerika. 2) Menerima bantuan (lahir-batin) dari blok Sosialis. 3) Mengadakan Blok Asia-Afrika 4) Berdiri atas self-help (kekuatan sendiri/diri sendiri) serta menerima bantuan batin (politik dan budi) dari dunia Luar” Sumber:Getrennt Marschieren Vereint Schlagen – Berpisah Kita Berjuang, Bersama Kita Memukul (6 Mei 1948)

REVOLUSI RUSIA
  • “Sebenarnya ialah karena ekonominya tanah Rusia lantaran peperangan besar tahun 1914 ini jatuh sendiri. Kaisar Rusia tidak bisa perang terus, sebab uang habis, Rakyat kelaparan, serdadupun kekurangan obat bedil dan senjata. Kerajaan itu dijatuhkan oleh kaum kapitalis di bawah pimpinan Milyukof, dan Republik kemodalan ini dijatuhkan pula oleh kaum Sosial Demokrat yang dipimpin oleh Karenski. Kaum ini tidak bisa memutuskan perhubungan dengan lembaga-lembaga kaum modal sama sekali, dan tidak bisa memberi makanan, rumah-rumah dan pakaian pada Rakyat yang dalam kemelaratan sangat, dan terutama sekali tidak bisa memperhentikan peperangan untuk kaum modal serikat (Inggris, Perancis dsb). Sebab kemelaratan Rakyat bertambah-tambah, maka tibalah saatnya bagi kaum Bolshevik untuk mengatur ekonomi negeri. “ Sumber: Parlemen atau Soviet (1921)
  • “Berulang-ulang kita sudah bicarakan, bahwa Bank itu pada masa sekarang besar sekali pengaruhnya. Di mana-mana ia meminjamkan uang sama satu pabrik atau perusahaan kebun, sehingga industri sesuatu negeri biasanya takluk pada Bank itu. Pun di Rusia kelihatan kekuasaannya. Pabrik-pabrik yang sudah jatuh di tangan kaum buruh tiada akan dipinjami uang lagi oleh tuan bank, kalau masih diadakan kontrolnya kaum Bolshevik. Lantaran ini, maka sesuatu pabrik niscaya mesti ditutup atau dihapuskan kaum buruh, supaya si Kapitalis bersimaharajalela kembali seperti dahulu kala” Sumber: Parlemen atau Soviet (1921)
  • “Seperti Parlemen mempunyai sifat untuk mengekalkan si Buruh, demikianlah sifat Soviet itu untuk menghilangkan kemodalan. Seperti wakil dalam Parlemen terutama mewakili harta benda, begitulah Soviet itu mewakili Rakyat dan datangnya wakil bukan dari atas melainkan dari Rakyat sendiri. Yang terutama sekali harus dihilangkan sifat birokratis itu. Sebab itulah, maka wakil itu tidak mesti membikin undang-undang saja (Parlemen), tetapi haruslah membikin dan menjalankan undang-undang sama sekali. Seperti dalam suatu Kongres, maka yang memvoorstel itulah pula yang biasanya menjalankan. Bukanlah seperti dalam negeri beralasan Parlementerisme, yang membikin undang-undang itu dipisahkan dengan yang menjalankan, sehingga biro-birolah yang berkuasa. Lagi pula, haruslah wakil yang tiada sanggup atau kelihatan tidak sanggup, atau curang, dalam segenap waktu boleh dipecatkan. Sebab itu, waktu memilih itu jangan sekali dalam 3 atau 6 tahun umpamanya. Dengan jalan ini, wakil itu bisa sekali campur dengan Rakyat dan Rakyat selalu bisa memeriksa pekerjaannya, dan tiadalah sempat ia menjadi pejabat yang percaya sama laporan-laporan saja, sehingga ia menjadi bertentangan dengan Rakyat.” Sumber: Parlemen atau Soviet (1921)

IMPERIALISME
  • “Kapitalisme dan politik memungut jajahan (imperialisme) adalah sebagai badan dan nyawa, tak boleh bercerai-berai. Oleh karena tidak satu saja di atas dunia negeri yang beralasan kapitalisme, maka datanglah perlombaan buat merebut jajahan untuk indsutri masing-masing.” Sumber: Parlemen atau Soviet (1921)
  • “Dalam politik rampas merampas (imperialisme) itu kaum uang dibantu keras, tidak oleh meriam dan dinamit saja, tetapi juga oleh sekolah-sekolah, surat-surat kabar, ya, gereja-gereja, segala tipu muslihat busuk dan baik dipakai, untuk menambah kuatnya kaum sendiri dan membusukkan kaum pihak musuh.” Sumber: Parlemen atau Soviet (1921)
  • “Rakyat Indonesia sekarang telah yakin, bahwa tak dapatlah diharapkan sesuatu pun dari pemerintah imperialisme” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  • “Orang Indonesia tak dapat lagi digertak dan ditindas. Selamat jalan jiwa-jiwa budak dan…buat selama-lamanya”. Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  • “Kamu tak akan kehilangan sesuatu milikmu kecuali belenggu budakmu” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  • “Jika imperialisme tak ada lagi, perang imperialis pun tak akan ada.” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  • “Selama Indonesia ke dalam tetap bersatu dan solider, selama itu mereka (Negara Imperialis) akan menangguhkan usahanya merampas Indonesia. Akan tetapi begitu lekas perpecahan di dalam, mereka akan segera mendapatkan jalan melaksanakan untuk sekian kalinya politik devide et imperanya (memecah belah rakyat dalam golongan-golongan untuk dikuasai) Indonesia terdiri dari pelbagai pulau yang berada pada pelbagai tingkatan kebudayaan, memberikan lapangan baik bagi pencuri-pencuri internasional.” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  • “Hal demikian itu (perpecahan) baru kita jaga jangan sampai terjadi! Tetapi bukannya dengan wajangan kebijaksanaan yang kosong. Hanya suatu program yang benar-benar bertujuan memperjuangkan kepentingan-kepentingan materiil seluruh rakyat dan dilaksanakan dengan jujur dapat menciptakan satu setia-kawan, satu setia kawan yang akan mampu menghancurkan imperialisme” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)

KAPITALISME
  • “Terdapat cukup alasan yang meramalkan bahwa kapitalisme dunia segera akan runtuh.” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  • “Jika kita bayangkan kapitalisme sebagai satu gedung dan negeri-negeri di dunia adalah tiap-tiap yang mendukung gedung itu, maka Indonesia merupakan salah satu dari tiang-tiang itu” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  • “Jika kapitalisme kolonial di Indonesia besok atau lusa jatuh, kita harus mampu menciptakan tata tertib baru yang lebih kuat dan sempurna di Indonesia.” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  •  “Dalam mencari keuntungan, baik dengan jalan damai maupun dengan jalan peperangan, maka kaum modal itu dibantu oleh undang-undang yang beralasan kapitalisme itu. Sekolah-sekolah pertengahan dan yang tinggi-tinggi cuma bisa dimasuki oleh anak-anak kaum hartawan juga, dan kaum kromo terpaksa disebabkan kemiskinannya segera menarik anaknya dari sekolah, supaya kanak-kanak itu bisa menolong orang tuanya mencari penghidupan. Oleh sebab itu, maka dalam pabrik-pabrik dan kereta-kereta, kaum Kromolah juga yang jadi kaum buruh, sedangkan anak-anak hartawan itu bisa menjadi pemimpin atau bisa memiliki mata pencaharian yang besar-besar (productiemiddelen).” Sumber: Parlemen atau Soviet (1921)

KOMUNISME
  • “Negara Soviet sebenarnya belum mewujudkan komunisme” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  • “Negara Soviet akan berhenti sebagai negara, yaitu sebagai alat penindas dari proletariat, jika orang-orang borjuasi sebagai pemeras dan penindas telah dibasmi atau berubah menjadi anggota pekerja masyarakat komunisme.” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  • Tingkat ini dinamai juga ”Diktatornya kaum Proletar”. Artinya itu, pada waktu ini kaum buruh terpaksa mengadakan lembaga dan undang-undang yang bertentangan dengan keperluannya kaum modal. Karena sifat-sifatnya peraturan ekonomi, pendidikan, engadilan, militer, parlementerisme dan sebagainya sama sekali bertentangan dengan keperluannya kaum buruh, maka haruslah dibangunkan pula lembaga-lembaga yang melawan sifat kemodalan dan mengandung bibit sosialisme. Sumber: Parlemen atau Soviet (1921)
ISLAM
  • “Adakah ke Esaan yang lebih pasti dan persamaan manusia dan manusia terhadap Tuhan lebih nyata dari pada agama Islamnya Muhammad SAW?  Sumber: Islam dalam Tinjauan Madilog (1948)
  • “Memang pemikir yang ulung consequent yang mengesakan Tuhan mesti mengesakan kekuasaannya Tuhan itu. Kalau seketika satu saja kekuasaan dikurangi dipindahkan pada anaknya seperti pada nabi Isa, (anaknya Tuhan) atau Maryam, dan sedetik saja kekuasaan si Atom itu bisa dipegang diluar Tuhan dengan tidak izinnya Tuhan, maka kekuasaan Tuhan itu tiada absolute sempurna lagi. Walaupun si Atom dalam sedetik kalau bisa dikurangi maka kesempurnaannya dikurangi pula bukan? Sumber: Islam dalam Tinjauan Madilog (1948)
  • “Itulah maka saya anggap bahwa Agama Monotheisme nabi Muhammad yang paling consequent terus lurus. Maka itulah sebabnya menurut logika maka Muhammad yang terbesar diantara nabinya monotheisme.” Sumber: Islam dalam Tinjauan Madilog (1948)
  • “Saat ini, Pan-Islamisme berarti perjuangan untuk pembebasan nasional, karena bagi kaum Muslim Islam adalah segalanya: tidak hanya agama, tetapi juga Negara, ekonomi, makanan, dan segalanya. Dengan demikian Pan-Islamisme saat ini berarti persaudaraan antar sesama Muslim, dan perjuangan kemerdakaan bukan hanya untuk Arab tetapi juga India, Jawa dan semua Muslim yang tertindas. Persaudaraan ini berarti perjuangan kemerdekaan praktis bukan hanya melawan kapitalisme Belanda, tapi juga kapitalisme Inggris, Perancis dan Itali, oleh karena itu melawan kapitalisme secara keseluruhan. Itulah arti Pan-Islamisme saat ini di Indonesia di antara rakyat kolonial yang tertindas, menurut propaganda rahasia mereka – perjuangan melawan semua kekuasaan imperialis di dunia. Ini adalah sebuah tugas yang baru untuk kita. Seperti halnya kita ingin mendukung perjuangan nasional, kita juga ingin mendukung perjuangan kemerdekaan 250 juta Muslim yang sangat pemberani, yang hidup di bawah kekuasaaan imperialis.  Sumber: Komunisme dan Pan-Islamisme (1922)
ORGANISASI DAN PERGERAKAN
  • “Seseorang dalam seumur hidupnya bisa bertukar dari revolusioner menjadi konservatif atau anti-revolusioner atau sebaliknya dari konservatif bertukar menjadi revolusioner. Yang menjadi pendorong dalam pertukaran paham itu biasanya perjuangan kelas dalam masyarakat itu.” Sumber: Kata Pengantar, Dari Ir.Soekarno sampai ke Presiden Soekarno, (1948)
  • “Disiplin itu, ialah nyawanya suatu pergerakan revolusioner.” Sumber: Semangat Muda (1926)
  • “Buruk baiknya partai, cerdas bodohnya partai, rajin malasnya tergantung pada sifat para anggotanya pula! Kepintaran, keyakinan dan ketabahan seluruhnya anggota partai pula”. Sumber: Pandangan dan Langkah Partai Rakyat (31 Juli 1948)
  • “Partai Komunis berdiri atas Massa-Aksi, yakni Aksi beramai-ramai dan Massa-Aksi ini bersamping kepada demonstrasi. Demonstrasi-politik, dijalankan dengan tuntutan politik. Kalau yang menuntut cukup kuat dan gembira, maka hak-politik itu boleh direbut dengan kekarasan.” Sumber: Semangat Muda (1926)
  • “Pimpinan itu baru bisa sempurna, kalau perhubungan atau kontak dengan Rakyat sempurna pula. Tanpa kontak satu Partai tak bisa memberi pimpinan, karena ia terlampau maju di muka atau terlampau tinggal di belakang Rakyat.” Sumber: Semangat Muda (1926)
  • “Supaya hubungan dengan Rakyat Melarat rapi sekali, maka Organisasi kita memeluk dasar Demokratis Sentralisme. Artinya ini Sentralisasi Pekerjaan yang dilakukan dengan semangat demokratis atau sama rata. Jadi semua anggota Revolusioner dan semua anggota Revolusioner, seperti P.K.I, S.R, Serikat Buruh, JOI, d.s.g, masing-masingnya harus bekerja menurut kekuatan masing-masing, pekerjaan mana mesti teratur dan terkumpul.” Sumber: Semangat Muda (1926)
  • “Kecuali benarnya suatu program, sukses kita dalam perjuangan revolusioner tergantung pada benarnya taktik dan strategi kita.” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  • “Jika organisasi-organisasi politik dan ekonomi kita tersebut telah dapat menunjukkan cukup kecakapan, disiplin, kesadaran, kemauan dan kegairahan maka kemudian tiap-tiap perjuangan taktis pada tiap waktu dapat diubah menjadi perjuangan strategis.” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  • “Bedanya Partai kita dengan Partai Sosial Demokrat, yakni beda bekerja. Pada Partai Sosial Demokrat yang bekerja itu cuma pemimpinnya, tetapi anggotanya pasif saja. Sebab itulah Partai Sosial Demokrat sangat birokratis. Semua anggota menurut saja apa perintah pemimpinnya, sama betul dengan demokratisnya Parlamentarisme Kaum Hartawan, yang juga terbagi atas Menteri yang aktif dan mengerjakan sekalian pekerjaan dan anggota Parlemen, yang kerjanya mengomong saja.” Sumber: Semangat Muda (1926)
  • “Pada Partai Komunis semuanya anggota harus bekerja, kecil atau besar (propaganda, kursus, membagi surat kabar, buku, mengerjakan administrasi d.s.g menurut kecakapan masing-masing), sehingga demokrasi atau sama rata kita artinya “sama rata bekerja.” Sifat Demokratis Sentralisme itulah yang bisa menghilangkan birokratisme, dan ialah yang mendidik pimpinan sampai kuat dan plastis.” Sumber: Semangat Muda (1926)
  • “Walaupun kita internasionalistis, tiadalah bisa kita mengambil saja Organisasi Buruh di Eropa atau Amerika dan tanpa kritik, menanam Organisasi itu di negeri kita. Organisasi-pindahan semacam itu akan mati sendirinya saja, seperti gandum Eropa, kalau dipindahkan ke Indonesia niscaya akan mati juga. Kita harus dengan semangat Marxisme, memeriksa keadaan ekonomi, sosial dan kebudayaan di negeri kita, memeriksa banyak, kuat dan kualitasnya kasta-kasta yang ada di Indonesia dan menyusun tiap-tiap Kasta yang terhimpit pada masing-masing Barisan dan menyusun semuanya Barisan dari semuanya Kasta itu pada Tentara Nasional, buat memecahkan musuh dari dalam ataupun luar negeri.” Sumber: Semangat Muda (1926)

PEMIKIRAN
  • “Kelahiran suatu pikiran sering menyamai kelahiran seorang anak. Ia didahului dengan Penderitaan-penderitaan pembawaan kelahirannya.” Sumber: Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)
  • Bagi seseroang yang hidup dalam pikiran yang mesti disebarkan, baik dengan pena maupun dengan mulut, perlulah pustaka yang cukup. Seorang tukang tak akan bisa membikin gedung, kalau alatnya seperti semen, batu tembok dan lain-lain tidak ada. Seorang pengarang atau ahli pidato, perlu akan catatan dari buku musuh, kawan ataupun guru. Catatan yang sempurna dan jitu bisa menaklukan musuh secepat kilat dan bisa merebut permufakatan dan kepercayaan yang bersimpati sepenuh-penuhnya. Baik dalam polemik, perang-pena, baik dalam propaganda, maka catatan itu adalah barang yang tiada bisa ketinggalan, seperti semen dan batu tembok buat membikin gedung. Sumber:Madilog (1943)
  • “Nietsche, ialah Nabi-Imperialisme, yang menyangka, bahwa peradaban itu mesti terbawa oleh kemenangan suatu bangsa atas bangsa yang lain. Inilah filosofi imperialisme, yakni Kultur Paksaan, Peradaban Militerisme & Peperangan, serta Peradaban bunuh membunuh sesama manusia dengan maksud hendak menindas dan memeras bangsa yang lemah. Nietsche ialah Zenith atau puncak Peradaban, yang tergambar oleh Arjuno, Iskandar Zulkarnain, Napoleon dan Wilhem II.” Sumber: Semangat Muda (1926)
  • “Akuilah dengan yang putih bersih, bahwa kamu sanggup dan mesti belajar dari orang Barat. Tapi kamu jangan jadi peniru orang Barat, melainkan seorang murid dari Timur yang cerdas, suka memenuhi kemauan alam dan seterusnya dapat melebihi kepintaran guru-gurunya di Barat.” Sumber: Aksi Massa 1926
  • “Ada penulis bangsa Inggris yang mengatakan bahwa sejarah dunia adalah riwayat hidupnya orang besar. Ucapan itu sudah jelas tidak benar. Tidak benar, karena mengabaikan peran rakyat banyak di dalam mempengaruhi jalannya perkembangan sejarah.” Sumber: Kata Pengantar, Dari Ir.Soekarno sampai ke Presiden Soekarno, (1948)

No comments:

Post a Comment